Tokoh Bisnis

Profil Iwan Setiawan Lukminto: Kisah Pengusaha Tekstil yang Ditangkap

TokohBiografi.id – Dunia bisnis Indonesia dikejutkan dengan kabar penangkapan Iwan Setiawan Lukminto, mantan Direktur Utama sekaligus Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), oleh Kejaksaan Agung. Pengusaha tekstil yang lahir di Solo ini ditangkap terkait dugaan korupsi pemberian fasilitas kredit perbankan ke perusahaan yang telah dinyatakan pailit sejak Oktober 2024. Kasus ini menarik perhatian karena melibatkan salah satu raksasa tekstil terbesar di Asia Tenggara dan berdampak pada nasib lebih dari 8.000 karyawan.

Sebagai putra H.M. Lukminto, pendiri Sritex, Iwan bukanlah nama baru di industri tekstil nasional. Kariernya di perusahaan keluarga itu dimulai sejak 2014 ketika ia mengambil alih posisi Direktur Utama, sebelum akhirnya beralih ke posisi Komisaris Utama pada 2023. Latar belakang pendidikannya di Suffolk University, Boston, seharusnya menjadi modal kuat untuk memimpin perusahaan dengan lebih dari lima dekade sejarah tersebut.

Penangkapan yang terjadi di Solo ini bukan sekadar kasus hukum biasa. Sritex selama puluhan tahun menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar dari sektor industri tekstil, dengan ekspor ke lebih dari 60 negara. Kejatuhan perusahaan yang sempat menjadi kebanggaan nasional ini menimbulkan pertanyaan besar tentang praktik tata kelola perusahaan dan pengawasan perbankan di Indonesia.

Febrie Adriansyah, Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus, secara singkat mengonfirmasi penangkapan ini dengan pernyataan: “Betul (ditangkap)”. Sementara Harli Siregar dari Pusat Penerangan Hukum Kejagung menambahkan bahwa Iwan sedang diperiksa sebagai saksi. Namun, spekulasi berkembang bahwa status hukumnya bisa berubah seiring perkembangan penyidikan.

Profil Iwan Setiawan Lukminto: Dari Boston ke Kursi Direksi

Lahir pada 24 Juni 1975 di Solo, Jawa Tengah, Iwan Setiawan Lukminto tumbuh di lingkungan bisnis tekstil yang kelak akan dipimpinnya. Ayahnya, H.M. Lukminto, mendirikan Sritex pada 1966 yang kemudian berkembang menjadi salah satu produsen tekstil terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Pendidikan bisnisnya di Suffolk University, Boston, Amerika Serikat, yang diselesaikan pada 1997, memberinya bekal teori manajemen modern sebelum terjun langsung ke bisnis keluarga.

Karier Iwan di Sritex mengalami perkembangan signifikan dalam satu dekade terakhir:

  • Direktur Utama periode 2014-2023
  • Komisaris Utama sejak 2023
  • Terlibat dalam ekspansi perusahaan ke pasar global

Di luar Sritex, Iwan aktif di berbagai organisasi bisnis dan industri:

  • Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (2020-2021)
  • Dewan Penasihat AEI sejak 2021
  • Anggota ISEI bidang Pengembangan Pasar Modal (2020-2023)
  • Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (2020-2023)
  • Dewan Kehormatan PB Wushu Indonesia

Jejaring Bisnis dan Pengaruh di Industri

Keterlibatan Iwan di berbagai asosiasi bisnis menunjukkan pengaruhnya yang luas di kalangan industri. Selama memimpin Asosiasi Emiten Indonesia, ia kerap menyuarakan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik. Ironisnya, perusahaan yang dipimpinnya justru kolaps karena masalah tata kelola dan kredit bermasalah.

Sebagai wakil ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Iwan termasuk salah satu tokoh yang aktif mendorong kebijakan protektif untuk industri dalam negeri. Di bawah kepemimpinannya, Sritex sempat menjadi contoh kesuksesan industri tekstil yang mampu bersaing di pasar global.

Kronologi Kasus dan Dampak Kepailitan Sritex

Penangkapan Iwan pada 21 Mei 2025 di Solo menjadi puncak gunung es dari masalah keuangan Sritex yang sudah berlangsung lama. Perusahaan yang sempat menjadi kebanggaan nasional ini dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 21 Oktober 2024, setelah gagal memenuhi kewajiban keuangannya.

Dugaan korupsi yang menjerat Iwan terkait dengan pemberian fasilitas kredit dari perbankan kepada Sritex. Meski status resminya masih sebagai saksi, banyak kalangan menduga ini adalah langkah awal untuk mengungkap praktik tidak sehat dalam pengelolaan kredit perusahaan.

Dampak langsung kepailitan Sritex sangat besar:

  • Lebih dari 8.000 karyawan kehilangan pekerjaan
  • Rantai pasok industri tekstil nasional terganggu
  • Kerugian negara dari kredit macet mencapai triliunan rupiah
  • Hilangnya kepercayaan investor terhadap sektor tekstil

Mekanisme Penangkapan dan Proses Hukum

Menurut Harli Siregar dari Kejagung, Iwan “diamankan tadi malam di Solo dan dibawa ke Kejagung”. Proses pemeriksaan masih berlangsung untuk mengungkap sejauh mana keterlibatannya dalam kasus ini. Para pengamat hukum memperkirakan penyidikan akan memakan waktu cukup lama mengingat kompleksitas transaksi keuangan yang melibatkan perusahaan sebesar Sritex.

Posisi Iwan sebagai Komisaris Utama saat perusahaan dinyatakan pailit membuatnya sulit lepas dari tanggung jawab hukum. Undang-undang Perseroan Terbatas jelas mengatur tanggung jawab direksi dan komisaris atas keputusan strategis perusahaan, termasuk dalam pengelolaan utang.

Guncangan di Industri Tekstil Nasional

Kejatuhan Sritex, produsen tekstil yang pernah menjadi pemain utama di Asia Tenggara, menciptakan gejolak di industri. Perusahaan ini sebelumnya dikenal sebagai salah satu penyedia seragam militer dan aparatur negara terbesar, dengan kapasitas produksi mencapai 130 juta meter kain per tahun.

Dampak kepailitan Sritex terhadap industri tekstil nasional sangat signifikan:

  • Rantai pasok dari hulu ke hilir terganggu
  • Banyak pemasok bahan baku ikut terimbas
  • Pasar ekspor tekstil Indonesia kehilangan salah satu pemain utama
  • Kepercayaan perbankan terhadap sektor tekstil menurun drastis

Beberapa analis menyebut ini bisa menjadi awal konsolidasi besar-besaran di industri tekstil nasional. Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah mungkin akan kesulitan mendapatkan pembiayaan setelah kasus ini, sementara pemain besar akan lebih berhati-hati dalam ekspansi bisnis.

Respons Pemerintah dan Masa Depan Industri

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian belum memberikan pernyataan resmi terkait kasus ini. Namun, sumber dalam kementerian mengaku telah mempersiapkan skenario untuk meminimalkan dampak kepailitan Sritex terhadap industri secara keseluruhan.

Beberapa langkah yang dipertimbangkan termasuk:

  • Program realokasi tenaga kerja terampil
  • Insentif untuk perusahaan tekstil yang bisa menyerap mantan karyawan Sritex
  • Penguatan pengawasan terhadap pemberian kredit sektor tekstil
  • Evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan industri tekstil nasional

Kasus Sritex ini mengingatkan kembali pada pentingnya transparansi dalam pengelolaan perusahaan besar, terutama yang melibatkan dana perbankan dalam jumlah besar. Lebih dari 8.000 keluarga kini harus menghadapi ketidakpastian akibat kolapsnya salah satu raksasa tekstil nasional.

Pelajaran penting dari kasus ini adalah bahwa pengawasan korporasi dan perbankan harus diperkuat untuk mencegah terulangnya skenario serupa. Sementara proses hukum terhadap Iwan Setiawan Lukminto masih berlangsung, industri tekstil nasional harus segera bangkit dan menemukan formula baru untuk tetap kompetitif di pasar global yang semakin ketat.

Back to top button